Rabu, 28 Maret 2012

7 Tips Memasarkan Buku Self Publishing


Beberapa tips-tips pemasaran buku yang mereka tempuh (sekaligus menimpanya dengan opini saya sendiri sebagai pembaca/konsumen). Semoga tips ini bisa bekerja membantu anda, kawan-kawan se-forum. Berikut tipsnya :


1. Hindari bertumpu pada promosi online

Semua penulis buku melakukannya. Kompetisi terjadi tidak hanya sesama penulis self publishing. Penerbit mainstream rata-rata memiliki situs yang memajang setiap produknya. Mereka gencar memberi insentif bagi blog-blog yang meresensi setiap terbitan terbaru mereka. Penulis indie cenderung menaruh harapan sepenuhnya pada promosi online (gratis ). Anda bisa melihat status facebook dan timeline twitter dibanjiri oleh promosi buku. Buku anda berada diantara kerumunan pasar. Anda tidak punya ‘sesuatu’ yang bisa membuatnya ‘menonjol’. Sebagai salah satu cara, bolehlah. Tetapi sebagai satu-satunya cara, jangan !

2. Manfaatkan Komunitas spesifik anda

Umumnya penulis indie dewasa ini berangkat dari blog ( anda blogger ?). Saya yakin anda punya pembaca, yang lebih dari sekali mengunjungi laman maya anda. Coba buka dashboard ---> Comment. Lihat, dibawah nama pemberi komentar ada tersisip alamat email-nya. Inventaris semua. Lalu, buatlah satu file attachments berisi foto sampul buku, sinopsis buku & testimoni pembaca yang mirip sales letter. Kirim sekaligus ke daftar email tersebut. Mereka suka blog anda, mereka akan suka buku anda.

Jangan lupa berikan sentuhan pribadi berupa tandatangan dan seuntai kalimat bagi pembeli jadi. Sentuhan ini akan jadi kenangan yang memudahkan penjualan buku kedua anda kelak (karena tandatangan dan kalimat terima kasih dari penulis Dee Dee Sabrina, saya berjanji akan membeli lagi buku kedua-nya kelak)

3. Testimoni tokoh

Penulis umumnya –hanya- meminta testimoni dari sesamanya penulis. Dan butuh mukjizat bagi penulis pemula untuk memperoleh testimoni dari penulis ternama. Testimoni adalah ‘pengaruh’. Saya sendiri menghindari membeli buku yang halaman belakangnya dipenuhi testimoni. oleh penulis itu-itu lagi, yang royal mentestimoni semua buku dibawah naungan penerbitnya.

Manfaatkan ‘testimoni tidak tertulis’. Dee Dee Sabrina menceritakan pengalamannya memberikan secara cuma-cuma bukunya pada salah seorang dosen sastra. Tak lama setelah membacanya, Dosen bersangkutan ‘mereferensikan’ buku antologiISI’ sebagai bacan yang ‘wajib’ kepada para mahasiswanya.

4. Berdayakan Media lokal (Koran & radio)

Media konvensional seperti koran harus diakui lebih punya kredibilitas ketimbang media online. Tingkat kepercayaan publik telah dibangun media tersebut selama bertahun-tahun. Pembaca mempercayai koran langganannya.
Koran biasanya punya halaman budaya pada edisi hari minggu. Anda bisa menemukan kolom resensi buku disebelah cerpen atau puisi. Setiap daerah pasti bangga atas setiap pencapaian prestasi warganya sendiri. Koran lokal umumnya punya keberpihakan untuk memuat sinopsis –atau resensi- buku dari penulis yang punya keterkaitan dengan wilayah penyebarannya. Media gemar menampilkan sosok yang bisa menginspirasi lingkungannya. Kirimkanlah satu jilid buku anda kepada redakturnya. Antar sendiri lebih bagus, disertai dengan soft copy berisi sinopsis atau resensi siap unggah ke hard disk redaksi.

Dee Dee Sabrina mengungkapkan bagaimana dia mendatangi rekan-rekannya di komunitas radio di kota stabat Medan, untuk menampilkan profilnya sebagai penulis muda dalam satu sesi siaran. Radio butuh berita, jadi win-win solution, bukan ?

5. Datangi bekas sekolah/kampus anda
Sumbangkan satu jilid buku anda untuk perpustakaan kampus. Lebih bagus lagi jika kampus anda punya media internal (majalah/bulletin/Koran/radio). Buat satu forum dimana anda bisa berbagi pengalaman dan inspirasi kepada yunior-yunior anda. Bawa beberapa contoh buku untuk direct selling. Pembaca buku suka membeli lansung dari tangan penulisnya. Jangan shock bila mereka meminta foto dan tanda tangan, yah.

6. Stok buku
Ini tips dari Vira Cla. Dia sengaja membeli bukunya sendiri dalam jumlah yang cukup signifikan sebagai stock. Ini berhubungan dengan psikologi masyarakat kita, yang lebih nyaman bertransaksi dengan manusia ketimbang situs. Yang perlu diingat dalam penjualan online adalah kejelasan profil penulis yang sekaligus merangkap sebagai pemasar. Buat calan pembeli merasa ‘aman’ berhubungan dengan anda, baik melalui blog pribadi maupun akun anda di jejaring sosial. Lengkapi data-data dan foto pribadi anda di akun tersebut. Penulis dengan nama alias/samaran tidak punya tempat di era web 2.0.

7. Kirim buku anda ke editor/kritikus nasional
Ini tidak berdampak lansung bagi penjualan, tapi umpan baliknya bisa diluar dugaan. Manfaatkan fitur pencarian teman di Facebook anda. Cari nama-nama besar semacam Nirwan Dewanto atau Nirwan Ahmad Arsuka. Cobalah untuk berteman dengan mereka. Mereka adalah orang yang ramah. Jika interaksinya sudah dirasa cukup, kirimkanlah satu jilid buku anda kepada mereka. Minta mereka memberi masukan, semata-mata demi perbaikan bagi cetakan buku anda selanjutnya. Mungkin mereka tidak akan meresensinya di Kompas. Paling tidak dia memberikan apresiasi, penyemangat bagi anda. Syukur-syukur dia menuliskannya di status FB atau tweet di timeline mereka. Bila itu terjadi, siap-siaplah untuk bolak-balik ke kantor pos.

Ketujuh tips diatas ibarat aliran sungai-sungai kecil yang akan bermuara pada samudera penjualan yang lebih besar. Harus disadari kalau –khususnya penulis pemula- ‘faktor nama’ di pasar buku masih jadi rujukan pertama bagi konsumen. Ketujuh cara diatas ibarat lahan, anda menyemai benih (nama) yang kelak tumbuh menjadi pohon popularitas.

sumber: internet

TALKSHOW BENGKEL JIWA di Radio Smart FM

bismillahirrahmanirrahim

alhamdulillah.  Hasfa mewakili gus Awy sebagai penulis bengkel jiwa untuk talkshow di smart fm. ini kali ketiga hasfa datang berkunjung untuk talkshow.
yang pertama untuk novel mayasmara, yang kedua untuk buku Dear Love.

mas Adi dan mbak Vero teman berbincang yang asyik. dua penyiar senior ini tak pernah kehabisan bahan dan pertanyaan, sehingga waktu satu jam berlalu begitu cepat. begitu padat. dan ebenarnya masih ada banyak sekali keingintahuan baik dari mereka maupun pendengar radio mengenai bengkel jiwa ini.


kami nukilkan beberapa hal yang kami perbincangkan bersama di acara talkshow tsb.
(T mewakili Tanya baik dari penyiar atau pendengar. J mewakili jawab dari hasfa mewakili gus Awy yang masih studi di Makkah dan belum bisa turut hadir)


T: tentang apakah buku bengkel jiwa ini, apa yang melatarbelakangi penerbitannya.

J: Buku bengkel jiwa hadir karena melihat situasi kehdupan yang semakin mengganas namun masih sedikitnya panduan dalam mengarungi kehidupan ini. Buku ini adalah pedoman ringkas bagi pembenahan jiwa dan panduan dalam menjalani kehidupan.
Sebagaimana endorsement mas Prie GS, seorang budayawan,
“…Perjalanan spiritual itu tidak rumit. Ia rekreatif, menyenangkan dan jelas petanya. Setidaknya begitulah gaya buku ini bercerita…”
Penulis menggambarkan kehidupan ini seperti sirkuit. Ada lima sirkuit penting, alam ruh, rahim, dunia, barzakh dan jannah-nar. Di alam dunia inilah, sirkuit terdahsyat. Kendaraan yang kita naiki adalah amal.
Yang setirnya adalah hati, mesinnya aqidah, bensinnya iman  yang terkonsentrasi, rodanya sholat, spionnya akhlaq dan remnya adalah ilmu agama.
Sparepart yang disediakan olehNya ini kadangkala aus, kendaraannya melanggar rambu, keluar jalur/track, masuk jurang dan sebagainya, sehingga hancur berantakan.
Tetapi masih bisa direparasi. Diperbaiki untuk bisa melanjutkan perjalanannya. Bagaimana caranya? Silakan baca bengkel jiwa…



**
HADIR DI GRAMEDIA,GUNUNG AGUNG, TOGAMAS.

Judul: Bengkel Jiwa
Penulis: Awy A Qolawun.
ISBN 978-602-98570-0-9
164 hlm
Rp 25rb

bisa dibeli online. silakan sms 081914032201 utk pre order atau inbox fb Hasfa Publisher.
harga sama. Rp 25rb. bebas ongkir (wilayah Indonesia)

Kiat Sukses Menulis Ala Ahmad Fuadi

Setiap penulis tentu memiliki kiat-kiat sendiri dalam proses kepenulisannya. Ada banyak cara yang mereka lakukan untuk mengembangkan suatu ide hingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang enak dibaca dan membekas dalam hati dan benak pembaca. Syukur-syukur bisa menjadi best seller sehingga mendatangkan keuntungan ekonomi yang sangat fantastis.
Beruntunglah hari ini, dalam acara Telkomsel-Kompasiana Blogshop 2011 di Jakarta, saya bisa mendapatkan kiat-kiat tersebut secara langsung dari salah seorang penulis best seller dan menjadi pembicaraan di negeri ini. Dialah Ahmad Fuadi penulis “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 Warna”. Kedua novelnya ini masuk dalam jajaran buku best seller. Tak hanya itu, banyak penghargaan yang diraih mulai dari Anugerah Pembaca Indonesia 2010 hingga Khatulistiwa Literary Award.
Menurut Ahmad Fuadi, tulisan itu merupakan karya yang tidak akan pernah mati, dia akan hidup selamanya. Sarannya, usahakanlah tulisan tersebut membawa kebaikan. Menulis itu juga membuat awet muda dengan kebaikan-kebaikan yang dituliskan tadi. Demikian motivasi yang diberikan Ahmad Fuadi kenapa kita harus menulis.
Ada beberapa kiat yang dilakukan Ahmad Fuadi selama proses kreatif menulisnya, yaitu pilihlah topik yg kita tahu, yang kita senangi, yang kita care, dan yang sangat mendalam di hati kita. Topik-topik yang kita tahu, senangi, care, dan mendalam tersebut akan memudahkan kita dalam pengembangan ide hingga melahirkan suatu tulisan yang baik. Insya Allah, tulisan yang mendalam di hati seorang penulis akan mendalam pula di hati pembaca dan memberi kesan yang tak mudah dilupakan orang.
Selain itu, temukan worldnya apa. World Ahmad Fuadi adalah dunia pesantren tempat dia menimba ilmu. Kehidupan pesantren yang unik demikian melekat dalam hatinya. Itulah worldnya Ahmad Fuadi. Dia juga menyebutkan bahwa menulis itu harus dari hati, biasanya menulis dari hati akan melekat pula dalam hati pembaca. Itulah alasannya kenapa kita harus menulis dari hati. Lebih baik lagi kalau hati itu dikombinasi dengan kepala. Kombinasi keduanya akan menghasilkan tulisan yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Ahmad Fuadi mulai menulis tahun 2007. Dia menulis pengalaman yang dia alami 20 tahun yg lalu, saat dia masih duduk di pesantren.  Banyak yang dia lakukan untuk membangkitkan memori yang sudah berlangsung selama 20 tahun yang lalu itu. Cara yang dia lakukan antara lain melakukan riset dengan mencari referensi sebanyak mungkin, terutama yang berkaitan dengan masa pendidikan di pesantren. Riset yang luar biasa memegang peranan penting dalam proses kepenulisan, demikian Ahmad Fuadi berkisah. Riset juga dia lakukan dengan membaca diary yang pernah dia tulis ketika di pesantren. Bahkan foto-foto masa di pesantren dan surat-surat yang pernah dikirim Ahmad Fuadi buat amaknya (ibunya) tak luput dari bahan risetnya.
Menurut Ahmad Fuadi, kunci sukses seorang penulis antara lain banyak membaca, bergaul dengan kamus (baca kamus), dan rajin membaca thesaurus (kamus sinonim). Kenapa kita harus membaca thesaurus? Gunanya agar kita bisa mencari padanan kata yang sama sehingga tak selalu berulang dalam tulisan.
Kapan waktu yang baik untuk menulis? Menurut Ahmad Fuadi, waktu yang baik untuk menulis adalah waktu subuh. Dia selalu menulis di waktu Subuh, sekitar setengah jam. Rata-rata Ahmad Fuadi menulis sekitar sejam dalam sehari. Dalam 1½ tahun, Ahmad Fuadi sukses menghasilkan satu buah buku. Menurutnya, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Yang penting rencanakanlah mulai dari sekarang kalau ingin menghasilkan sebuah buku.
Ahmad Fuadi juga menuturkan alur kerjanya dalam proses menulis. Pertama, membuat mind mapping (menjaring ide), kedua: membuat kerangka awal (calon daftar isi), dan ketiga: membuat pointer untuk memecah ide. Pointer ini dicicil menjadi paragraf, bab, hingga buku.
Di akhir pembicaraannya, Ahmad Fuadi memberi kesimpulan. Katanya, mulailah dengan pertanyaan yang besar, kenapa? Kemudian temukan worldnya, lakukan riset, tetaplah konsisten, luruskan niat, kembangkan subjek yang familiar, dan terakhir carilah referensi, baik dalam wujud tulisan maupun visual.
Ahmad Fuadi berpesan, “Siapa yang bersungguh-sungguh dialah yg berhasil, man jadda wajada”.

sumber: internet

Rabu, 07 Maret 2012

Buku Baru Lagi: Sekumpulan Sajak Pesantren- J A D Z A B

Sekumpulan Sajak Pesantren
J A D Z A B
Penulis: Usman Arrumy-Devie Sarah Khan-Amna Milladiyah-Sekar Aisha Nahdhia
Mawar Merah- Cahaya Langit-Nurul Farida Wajdi-Hasan ben Aly-Ella Ainayya- Muh. Ufi Ishbar Noval-Ita Rosyidah Miskiyyah -Nabila Munsyarihah-Violet Angel-Nada Haroen-Ami Kafie- Azzqie Adawiyah-Awy' A. Qolawun- Dian Nafi.

Endorsment:
Sebagian dari mutiara mutiara dunia yang akan menyinari dunia dg pantulan sinarnya, menebus cakrawala dengan keindahan kata dan keindahan pribadi nyata.
Puisi ini adalah jeritan dan gambaran hati. Dan Allah-lah yang maha Tahu. Wallahu A'lam bishshowab. ( Ibu nyai Lilik Qurrotul Ishaqiyah – pengasuh pp Langitan )

Pengantar : Dr.Suwardi Endraswara, M.Hum
Judul antologi ini “Jadzab”, sungguh sebuah pilihan yang menjadi ruh puisi-puisi yang lain. Hidup ini barangkali memang sedang menjadi jadzab. Entah sampai kapanpun, manusia diliputi jadzab. Manusia seakan tersihir oleh dunia, hingga lupa pada jadzab.
Kalau jadzab itu seorang sufi, mungkin sudah di atas Sunan kalijaga. Yang paling penting, melalui puisi yang termuat dalam antologi ini, mudah-mudahan pembaca dapat melihat jadzab ini secara proporsional. Hidup ini tidak sekedar permainan tanpa akhir, itulah kira-kira.
Saya tidak menduga, kalau para santriwan lan santriwati ternyata juga piawai merangkai titik menjadi kata, kata melebur jadi garis, garis menjadi takdir,
takdir terurai lewat keindahan bahasa. Sungguh sulit kalau saya harus cermati satu persatu. Namun, dari pembacaan saya dengan santai, dapat saya petik harapan bahwa semua penyair ini memang memiliki bakat. Mereka memiliki intelektualitas dan religiusitas tingkat tinggi.
Puisi-puisi yang tersaji ini dekat dengan sebuah pencarian “cahaya surgawi”. Puisi muhasabah,dzikir, dusta, sujud dan takbir adalah potret upaya penyair menemukan “ada yang tiada”