Setiap penulis tentu memiliki kiat-kiat
sendiri dalam proses kepenulisannya. Ada banyak cara yang mereka lakukan
untuk mengembangkan suatu ide hingga menjadi sebuah rangkaian cerita
yang enak dibaca dan membekas dalam hati dan benak pembaca.
Syukur-syukur bisa menjadi best seller sehingga mendatangkan keuntungan
ekonomi yang sangat fantastis.
Beruntunglah hari ini, dalam acara
Telkomsel-Kompasiana Blogshop 2011 di Jakarta, saya bisa mendapatkan
kiat-kiat tersebut secara langsung dari salah seorang penulis best
seller dan menjadi pembicaraan di negeri ini. Dialah Ahmad Fuadi penulis
“Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 Warna”. Kedua novelnya ini masuk dalam
jajaran buku best seller. Tak hanya itu, banyak penghargaan yang diraih
mulai dari Anugerah Pembaca Indonesia 2010 hingga Khatulistiwa Literary Award.
Menurut Ahmad Fuadi, tulisan
itu merupakan karya yang tidak akan pernah mati, dia akan hidup
selamanya. Sarannya, usahakanlah tulisan tersebut membawa kebaikan.
Menulis itu juga membuat awet muda dengan kebaikan-kebaikan yang
dituliskan tadi. Demikian motivasi yang diberikan Ahmad Fuadi kenapa
kita harus menulis.
Ada beberapa kiat yang dilakukan Ahmad
Fuadi selama proses kreatif menulisnya, yaitu pilihlah topik yg kita
tahu, yang kita senangi, yang kita care, dan yang sangat mendalam di
hati kita. Topik-topik yang kita tahu, senangi, care, dan mendalam
tersebut akan memudahkan kita dalam pengembangan ide hingga melahirkan
suatu tulisan yang baik. Insya Allah, tulisan yang mendalam di hati
seorang penulis akan mendalam pula di hati pembaca dan memberi kesan
yang tak mudah dilupakan orang.
Selain itu, temukan worldnya apa. World
Ahmad Fuadi adalah dunia pesantren tempat dia menimba ilmu. Kehidupan
pesantren yang unik demikian melekat dalam hatinya. Itulah worldnya
Ahmad Fuadi. Dia juga menyebutkan bahwa menulis itu harus dari hati,
biasanya menulis dari hati akan melekat pula dalam hati pembaca. Itulah
alasannya kenapa kita harus menulis dari hati. Lebih baik lagi kalau
hati itu dikombinasi dengan kepala. Kombinasi keduanya akan menghasilkan
tulisan yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Ahmad Fuadi mulai menulis tahun 2007.
Dia menulis pengalaman yang dia alami 20 tahun yg lalu, saat dia masih
duduk di pesantren. Banyak yang dia lakukan untuk membangkitkan memori
yang sudah berlangsung selama 20 tahun yang lalu itu. Cara yang dia
lakukan antara lain melakukan riset dengan mencari referensi sebanyak
mungkin, terutama yang berkaitan dengan masa pendidikan di pesantren.
Riset yang luar biasa memegang peranan penting dalam proses kepenulisan,
demikian Ahmad Fuadi berkisah. Riset juga dia lakukan dengan membaca
diary yang pernah dia tulis ketika di pesantren. Bahkan foto-foto masa
di pesantren dan surat-surat yang pernah dikirim Ahmad Fuadi buat
amaknya (ibunya) tak luput dari bahan risetnya.
Menurut Ahmad Fuadi, kunci sukses
seorang penulis antara lain banyak membaca, bergaul dengan kamus (baca
kamus), dan rajin membaca thesaurus (kamus sinonim). Kenapa kita harus
membaca thesaurus? Gunanya agar kita bisa mencari padanan kata yang sama
sehingga tak selalu berulang dalam tulisan.
Kapan waktu yang baik untuk menulis?
Menurut Ahmad Fuadi, waktu yang baik untuk menulis adalah waktu subuh.
Dia selalu menulis di waktu Subuh, sekitar setengah jam. Rata-rata Ahmad
Fuadi menulis sekitar sejam dalam sehari. Dalam 1½ tahun, Ahmad Fuadi
sukses menghasilkan satu buah buku. Menurutnya, sedikit-sedikit
lama-lama menjadi bukit. Yang penting rencanakanlah mulai dari sekarang
kalau ingin menghasilkan sebuah buku.
Ahmad Fuadi juga menuturkan alur kerjanya dalam proses menulis. Pertama, membuat mind mapping (menjaring ide), kedua: membuat kerangka awal (calon daftar isi), dan ketiga: membuat pointer untuk memecah ide. Pointer ini dicicil menjadi paragraf, bab, hingga buku.
Di akhir pembicaraannya, Ahmad Fuadi
memberi kesimpulan. Katanya, mulailah dengan pertanyaan yang besar,
kenapa? Kemudian temukan worldnya, lakukan riset, tetaplah konsisten,
luruskan niat, kembangkan subjek yang familiar, dan terakhir carilah
referensi, baik dalam wujud tulisan maupun visual.
Ahmad Fuadi berpesan, “Siapa yang bersungguh-sungguh dialah yg berhasil, man jadda wajada”.
sumber: internet
0 komentar:
Posting Komentar