Judul Buku : MAYASMARA, Mayana dan mayanya
Penulis : Dian Nafi & A[rt]gus Faizal
Penerbit : Hasfa Publishing
Halaman : viii + 118
Mayana Astari, sulung tiga bersaudara dari keluarga terhormat. Gadis penurut yang tumbuh dalam kepatuhan kultur timur yang telah dididik dalam kancah global. Menjadikannya wanita modern dalam pergaulan namun tetap patuh pada tradisi keluarga. Termasuk dalam menentukan pasangan hidup.
Mayana patuh dijodohkan oleh ibunya. Namun dalam perjalanannya dia jatuh cinta pada sahabat mayanya yang bernama Nero. Antara kenyataan dan khayalan, Mayana terjebak dalam perasaan cinta yang kemudian membelenggunya. Mayana berusaha melupakan cinta mayanya dengan tetap mematuhi perjodohan yang telah diatur keluarganya. Sampai akhirnya sebuah kesadaran menyentakkannya pada kenyataan bahwa calon suaminya menyimpan sebuah kenangan masa lalu yang tidak bisa dilupakan.
Mayana gamang katika haru smemutuskan untuk tetap melanjutkan perjodohan. Karena dia bukan wanita yang diimpikan calon suaminya. Makhirnya Mayana memilih untuk mundur. Kendati utnuk itu ia harus menghadapi air mata ibunya. Mayana ingin menggapai cinta mayanya yang demikian meraja di hatinya.
Membaca novel Mayasmara karya kolaborasi Dian Nafi dan A[rt]gus Faizal membawa kita pada petualangan dunia maya yang tiada namun ada. Di pungkiri namun terjadi. Penulis yang katanya hanya bertemu dalam konektivitas dunia maya hendak membawa dunia maya ke dalam alam nyata. Bahwa antara dunia maya dan nyata hanyalah beda mediasi dalam mengungkapkan rasa. Namun semua itu adalah ada.
Sebelumnya hendak minta maaf karena bukan kapasitas saya sebagai pengkritik sastra. Novel yang bagus, dan unik. Dengan mengambil tema penulisan tentang berbagai simbol yang digunakan dalam jalinan dunia maya, khususnya facebook. Penggambaran bahasa sastra tingkat tinggi. Sehingga perlu sedikit untuk berpikir ketika menikmati novel ini. Terutama bagi saya yang kurang begitu menikmati novel dengan bahasa-bahasa sastra tinggi. Cover yang cantik dan futuristik. Dan puisi-puisi yang indah untuk dinikmati.
Kalau ada kelemahan, jika itu boleh disebut kekurangan dalam novel ini adalah penulisan tanda baca yang tidak umum. Terutama penggunaan tanda petik dalam dialog.Kurang konsistennya penulis dalam mengambil penokohan karena tiba-tiba tokoh Mayana berubah menjadi aku dalam sebuah dialog (Hal 48). Adanya pengulangan halaman. Halaman 51 sampai 52 merupakan ulangan dari halaman 47, 48, dan 49.Sedikit ungkapan yang terasa janggal menurut saya. Hal 83: Mayana memandangi penuh purnama penuh langit malam yang berpelangi. Apakah bisa melihat pelangi di malam hari? Masih juga banyak salah-salah ketik dan pengaturan spasi ada di beberapa bagian. Munkgin editornya sedang ngantuk? Dan akhir yang menggantung, sehingga membuat pembaca masih bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya? Atau mungkin ini memang sebuah trik dari penulis?
Namun secara umum novel ini bagus. Memberi kita tentang banyak wawasan dan wacana tentang cinta. Dan akhirnya berkenaan dengan kritik ini, memang lebih mudah melihat kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Kesempurnaan hanya milik Allah sementara segala kesalahan adalah milik saya semata.
by Sri Wahyuti
Rabu, 11 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar