Senin, 08 April 2013

Menghidupkan Scene

Menghidupkan Scene

Bagaimana caranya?
1. Lukiskan pergerakan dari tokoh, terutama tokoh utama.
Misal: Dea merubah posisi duduknya, kini agak menyimpang. Maksudnya tentu saja agar dia bisa terhindar dari tatapan elang laki-laki itu. Namun juga agar dia bisa punya akses untuk mengamati lebih jauh sosok indah itu.
Bandingkan dengan: Dea duduk menyamping agar terhindar dari tatapan laki-laki itu.
Mana yang lebih intens?
2Lukiskan interior dan eksterior pada scene/adegan tersebut, tapi tidak lebih dari dua alinea ukuran sedang (maksudnya, jangan kepanjangan. Bikin boring!)
Misalnya dengan melukiskan detil ruangan, warna pencahayaan, cuaca, dan semacamnya. Apa aja yang ada di dalam ruangan? Kursi tempat duduk si tokoh warnanya apa? Panjang atau pendek? Dsb.
Sebenarnya lukisan tentang interior/eksterior itu tambahan aja. Kalau dialog atau konflik si tokoh udah jelas banget, nggak terlalu perlu eksplore di sini.
3. Jika menggambarkan konflik di dalam diri seseorang, kisahkan pertentangan demi pertentangan yang dialami. Bisa dalam bentuk dialog atau narasi.
4. Jika menggambarkan dialog antara dua orang, buatlah percakapan yang “tek-tok” dan tidak terputus sebelum tercapai apa amanat dari scene tersebut, kecuali akan disambung ke scene berikutnya. Bila akan disambung, buatlah jeda yang memancing keingintahuan pembaca.
5. Show, Don’t Tell!
6. Capture and Paint!

by Adzkia